March 24, 2012

Touchdown Italy!

Satu hal yang sangat terasa saat menginjakkan kaki di Roma untuk pertama kalinya pada pertengahan Oktober kali itu adalah sinar mentari yang jauh lebih banyak dibanding Paris. Terang bercahaya, namun tetap berangin, so I guess I'm gonna still keep the jacket on :D

Setibanya di airport, kami segera menuju stand informasi turis, ternyata mereka juga menjual Roma Pass, of course we buy it, it’s like a tour guide for the city new comer, it’s not as pricy as Paris Pass anyhow :D *well this is a tips for thee backpacker, once you saw tourist info, you might wanna check it out. It'll be useful for sure*

Kesan pertama yang saya dapatkan dari Roma adalah betapa standar biaya kehidupan disini jauh lebih rendah daripada Paris. Shuttle bus dari airport hanya ditebus dengan harga 1.5Euro saja. Yah, walaupun tingkat kenyamanannya tidak lebih baik dari bus patas AC di Jakarta, but it’s still acceptable.

Tata kota daerah ini agak lebih semerawut dari Paris, tapi layaknya kota-kota di Eropa, tetep aja ada yang diluar kebiasaan, disana saya menemukan arsitektur macam miniatur Arc d’Triomph di pinggir jalan ajah. Keren!

Petualangan perdana di Italy kali ini memang sengaja kami biarkan least planned. No hotel booking, We’re just saving on travel destination as the guideline. We’ll that’s a must!

Off of the bus, kami lalu mencari akomodasi yang sesuai budget, tanpa arah spesifik, hanya bejralan sambil bertualang. Got the hotel with E30-40/night, dengan rate yang tidak jauh berbeda dengan di Paris, hotel di Roma memiliki fasilitas yang lumayan lebih bagus dari hotel kami di Paris.

People here speak English quite well, so, no need to worry about not speaking their language. Though knowing one or two Italian basic words wouldn’t hurt. Selain itu, mereka terlihat lebih ramah dan memiliki cara bicara yang berapi-api. Jangan lupakan gerakan tangan mereka yang selalu ikut ‘berbicara’ :D

March 04, 2012

Negri 5 Menara


Menonton film ini kembali mengingatkan saya bahwa Indonesia masih memiliki banyak pemandangan indah yang belum terjamah maupun terekspos oleh dunia luar, khususnya daerah Maninjau di Sumatera Barat yang menjadi salah satu tempat pengambilan gambarnya-menurut info seorang teman.

Para aktor maupun aktris yang bermain sebelum memasuki fase akhir cerita berhasil menampilkan penokohan yang kuat, salut untuk acting anak-anak kecil geng sahibul Menara itu. Nilai plus untuk wajah-wajah atraktif nan menawan yang ditampilkan, khususnya si pak guru yang bertugas keliling jaga malam dan guru yang menjadi ketua angkatan kelas I *wink wink*, selain itu, akting Lulu Tobing yang sudah lama tidak muncul di layar kaca juga mampu mengobati kerinduan penggemarnya.

Bagian awal hingga klimaks dari cerita ini sungguh baik terpapar, sayangnya karena durasi atau entah apa, penutupan dari film ini terkesan begitu sangat dipadatkan sehingga merusak nilai cerita secara keseluruhan.

Walaupun tema cerita yang ada kurang lebih menyerupai genre film macam Laskar Pelangi, pesan kehidupan yang ingin disampaikan dalam cerita ini juga bisa tercapai dengan baik. Bahwa kita belum tentu tahu apa yang terbaik untuk hidup kita, maka jabat dan jalani apa yang ada di depan mata, barulah kita tahu mana yang terbaik dan..

Man Jadda Wajadait’s not the sharpest who will get what he wants, but the one who wants it the most & do the biggest effort will / bukan yang tertajam, tapi yang paling tekun usahanyalah yang akan mendapatkan apa yang ia inginkan.”

It’s an inspiring movie of a story…