December 24, 2010

Masks everyone’s wearing


Everyone wears a mask.

Once you’re with your family, you’ll wear father/daughter/mother/big brother mask. You name it.
Once you’re at the office, you might wear a boss/subordinate/leader or even victimized mask.
Some people consider it releasing, while others take it as burden.

Anyhow, apakah sebenarnya perlu bagi each and every one of us memakai topeng itu?

Perlu.itu menurut saya

Karena kita perlu adjust dengan lingkungan sekitar. Adapt dengan mereka dan mingle dengan populasinya.

(Almost) nobody like us for the way we are, at least jika diposisikan pada diri saya sendiri, saya bahkan tidak yakin kalau saya akan menyukai the real me, di setiap waktu.

Or let me rephrase it – kemungkinan besar, saya tidak akan menyukai (almost) everyone jika saya memposisikan diri saya sebagai the real me.

Yet, I adjust.
Bagi saya, topeng itu justru berfungsi sebagai perisai the real me – mungkin orang lain menganggapnya sebagai hipocracy? Terserah.

Yang terpenting untuk saya, preservasi atas the real me, nilai-nilai kebaikan dan kebatilan, value yang saya pegang teguh oleh diri saya sendiri, tetap saya lakukan. Saya tahu mana yang salah, mana yang benar, dan mana yang harus masuk ke gray area (in which, kalo orang lain yang ada di dalamnya, kemungkinan besar saya akan bilang, “Whatever”)

So, wear your mask as you like. Yet preserve the real you deep within as your guidance. Therefore you won’t lose yourself on that Mask Party.

Yet, it would be lovely and tremendously blessed for you to find the one, whom you won’t ever have to put a mask in front of :)

November 21, 2010

When we fell in love…

Menyimpulkan dari hasil perbincangan larut malam saya dengan seorang teman senior, dan pengalaman berbelanja saya dengan nyokap, ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan dari perasaan cinta; jatuh cinta; serta perjalanan dalam proses menempuh jatuh cintanya.

Saat kita jatuh cinta, kita mungkin jatuh pada penampilan luarnya, cover, sampul depan, apalah itu kalian sebutkan sendiri.. dan diawal mula perasaan itu muncul, kita bisa saja jatuh cinta secara tidak terbatas, tidak ber-limit, tanpa definisi.

Akan tetapi, saat kita mulai menjalaninya, kita pasti akan menemukan kekurangan, keterbatasan, bahkan halangan bagi kita untuk mencintainya lebih jauh. Dan dalam proses itu juga, bukan tidak mungkin bagi masing-masing dari kita untuk menemukan pembanding dari yang dicintai pada awalnya. Saat pada kenyataannya sang pembanding lebih baik dari yang dibandingkan, akankah kita dengan mudahnya berpaling pada yang lain?

In my own opinion, disaat kita masih belum menetapkan komitmen paten dalam menjalani hubungan itu -mengucap janji suci pernikahan dalam hal jatuh cinta pada orang, dan membeli untuk barang- maka sah-sah saja kalau kita putar haluan.

Konsekuensi yang akan muncul dari tindakan itu, paling tidak, akan timbul perasaan tidak enak terhadap dia yang kita tinggalkan; selain dari itu, it’s a decision need to be made, so made up your mind. Jangan plin-plan, jangan gak enakan, karena once you made up your mind, there shall be no turning back, apalagi pen-dua-aan, nobody likes to share their private belonging, trust me. Dan satu lagi, itu hidup elo.

Maka jatuh cinta-lah, dan ber-logika-lah selama hal itu dimungkinkan. Karena saat kita sudah menetapkan komitmen untuk mengikat yang sang dicintai (sekaligus di-ikat kepadanya) you gotta stick with ‘em, no matter how worse things are getting, you choose ‘em, they are Your’s consequence, and above all, it’s the ethical and charma-cal thing to do.

So, Good luck with your choice, mate :)

November 06, 2010

Siapa bilang orang Sunda gak bisa ngomong F? Itu PITNAH!!!

Banyak dari teman saya, seorang Sundaneese memiliki kesulitan dalam pengucapan huruf F dan V yang terselip dalam kata yang digunakan dalam perbincangan sehari-hari. Seringkali F&V dilafalkan P, sedangkan huruf P dilafalkan sebaliknya.

Huruf, misalnya, seringkali dilafalkan sebagai hurup.

Pulpen, dilafalkan fulfen – yang ini applied only ke Sundaneese yang freshly import from Jawa Barat :P

Tidak lupa pula kosakata Inggris yang umum dipakai, “Approve” yang kemudian dilafalkan sebagai Approp atau bahkan Avvrope.

Jahatnya, walaupun teman saya itu sering melakukan salah lafal itu, pun saya tetap sering mentertawakan hal tersebut bahkan kekeuh mengkoreksi perkataannya.

Suatu hari sepulang dari tour de travel of culinary, tentunya bersama seorang teman Sunda saya itu, kebetulan saya dan empat orang teman lainnya sedang membahas topik IMB yang waktu itu memang sedang hot2nya (berarti sekarang sudah gak hot ya? xP) dan kemudian dia menyebut salah satu kontestan Pangky Fafua. Dan tawa kami berlima pun langsung meledak. Maksud perkataannya adalah Funky Papua, lah kok ya bertransformasi menjadi Pangky Fafua yaaaa..???

Untung saja saat kami sedang makan di salah satu tempat makan di Bogor, ia tidak memesan Makaroni Fanggang!!

Eh, tiba2 jadi inget sama artis jadul Jinny oh Jinny itu.. Diana Funky ya namanya?

;P


August 27, 2010

Such a point of view


Pernah gak sih, kalian mengadakan suatu acara, lalu saat kalian menelpon orang-orang yang diundang, memastikan mereka akan datang ke acara tersebut, mereka yang ditelpon menjawab dengan perkataan, “Insya Allah…”?

Buat saya dan (mungkin) sebagian besar orang, jawaban tersebut biasanya mengindikasikan bahwa si yang diundang, kemungkinan besar, tidak akan datang. Setuju..?

Karena setidaknya untuk saya, jawaban tesebut adalah jawaban “teraman” atas undangan dari si pengundang. Entah karena merasa malas untuk datang ke acara tersebut, atau karena ada alasan lain yang dirasa tidak akan cukup memuaskan untuk menolak si pengundang, sehingga “jawaban jitu” tersebut dikeluarkan dari mulut sendiri. **haha, ketauan deh kalo sering pake jawaban itu :P

Well then, hari ini saya menemukan satu sudut pandang baru, dimana kata tersebut, jawaban tersebut telah “dikembalikan” pada arti harafiah-nya..

Saat sedang bertanya pada seorang teman, mengenai suatu acara:
Saya : X, nanti lo jadi buka bersama di luar?
X : Jadi, emang kenapa?
Saya : Hmm.. ya gapapa sih, Cuma kayaknya acara buka bersama kantor jadinya diadain hari ini. Lo ga bisa cancel acara yang itu ya?
X : Waduh… berat Dit, tadi gue udah bilang insya Allah..

Dan saya pun terhentak.. disinilah saya menyadari betapa berbedanya saya dan dia, kontrasnya sudut pandang antara dua pribadi. Buat saya (biasanya), jawaban insya Allah itu, explicitly, digunakan sebagai alasan untuk ngeles dari suatu acara. Tetapi untuk pribadi yang satunya, jawaban itu justru dijadikan sebagai penguat bahwa dia PASTI akan datang, atau setidaknya berusaha untuk datang ke acara tersebut.

So, which one is yours?

PS: you might also want to check this out http://mysuperkids.net/the-use-of-insya-allah-is-not-for-things-you-dont-want-to-commit/

August 08, 2010

Is there any such thing...?

As I recall some of the memories, suddenly, a word of unconditional love passing by.

Unconditional love.

Do any of such things exist?

Take parent – child relationship that most of people mentioned as the example of unconditional love. Can that be classified as unconditional love?
Because, as I see it from my point of view, it is Un-unconditional. Parents do love their child because they are being positioned as the parents. Am I right?
So, again the question remains, does unconditional love do exist...?

Resiko ketidak-universal-an bahasa


Sikon: seorang officer (O) yang barely understand bahasa lokal lain selain bahasa Indonesia, sedang berdiskusi dan menjelaskan suatu hal melalui telepon dengan seorang staf (S) daerah yang lebih fasih dalam berbahasa Jawa. And here it goes

O: Jadi begini, Bu.. kalau misalnya nanti diminta untuk membuat laporan yang diminta, Ibu harus bla bla bla…
S : Oh.. Enggih Pak, enggih..
O : Bukan bu, Jadi… bla bla bla (menjelaskan kembali apa yang barusan ia jelaskan)
S : Enggih Pak, enggih..
O : Loh, Ibu masi belum mengerti apa yang barusan saya jelaskan ya?
S : Enggih Pak..
O : Hmm... masih nggak ngerti ya?
S : bukan enggak ngerti, Pak.. Enggih itu artinya Iya.. itu bahasa Jawa toh, Pak
O : ooo… (sambil tertawa sendiri menertawakan “kebodohan”nya)


Seandainya si Mr. Officer tidak se-pede itu mengira enggih sama dengan enggak, ia tidak perlu menjelaskan ulang kepada si staf. Atau mungkin, lain kali sebaiknya jika sedang berbicara via telepon, pake bahasa Indonesia aja kali yeee…

July 10, 2010

Reimburse-able..?

As I had a little extra time, iseng-isengly saya mengubek-ubek isi tas dan dompet saya, mencari bill atau tagihan-tagihan yang kira-kira bisa saya reimburse ke kantor.

Lumayan.. buat nambah other income :P

Lalu saya menemukan beberapa lembar karcis parkir dan… Taraaaa.. saya temukan selembar kertas billing yang saya pikir bisa direimburse. Ternyata oh ternyata, isinya tak lain dan tak bukan adalah…




















Sooo.. would you consider it reimburse-able? Ahahahaha… ngarep.com

PS: that was NOT for personal usage or inventories. Those were meant to be given as a wedding present for good friend of mine, trust me xD

June 05, 2010

Luna– Ariel

Wait wait wait, you are not gonna find the video here, though kayaknya ud pada ngeliat juga ya :P

So, kali ini gue mo bahas tentang masalah video Luna-Ariel, plus dosa, aaa…

See where’s it going?
Tapi… bukan dosa atas apa yg dua tokoh utama dalam video itu lakukan.. kalo dosa yang itu mah, biar Tuhan aja yg atur **wink wink

Yang mau saya bahas adalah dosa bagi sang penyebar video tersebut. Tega-teganya video itu diluncurkan ke publik tanpa sensor ato minimal blur-in face part kedua pelaku tersebut. **ahaha.. try to play the angel part ;P

Yang lebih mengerikan lagi adalah, ketika saya mulai mencari-cari video itu, ternyata begitu mudah untuk mendapatkan link maupun file-nya itu sendiri, wong katanya sudah menyebar juga via BBM toh.

Tiba-tiba di pikiran saya langsung terbesit: Waduh, ini dosa penyebarnya gimana yaaaaa??? Atau jangan-jangan dosanya diakui ala Multi Level Marketing??

Artinya, setiap ada orang baru yang menerima file tersebut, secara otomatis, primary “marketer” ataupun sumber sebelumnya ikutan kena dosa.

Hmmmpph.. kalo begini caranya, saya cuma bisa berdoa, “Tuhan… semoga downliner mereka cuma sedikit…” :P

May 29, 2010

Jadi, salah gue?

Dalam perjalanan sepulang dari kantor, di dalam bus angkutan umum, saya dan seorang teman lama berbincang dan saling bertukar cerita. Teman saya itu memiliki tawa dengan oktaf tinggi yang memang bukan dibuat-buat. Memang default setting-nya seperti itu. Berhubung sebentar lagi dia akan pergi menetap di luar Jakarta, kami dengan serunya bercerita sambil cekakak-cekikik memanfaatkan waktu yang tersisa.

Kebetulan, dalam bus itu, ada seorang pengamen yg sedang menyanyi. Dan kebetulan pula, kami duduk berbeda baris, sehingga utk saling berkomunikasi, membutuhkan extra effort dan extra volume.

And so we chat, and so the pengamen sang.

Dua puluh menit kemudian, si pengamen seperti biasa mengedarkan kantongnya utk diisi, tapi entah kenapa, ia mulai ‘bertingkah’. Ia menaruh kantungnya di depan muka teman saya, yang kebetulan berada di baris yg lebih depan, cukup lama, padahal saya sudah lihat kalau dia sudah kasih ‘tangan’ ke si pengamen, sebagai tanda minta maaf karena tidak berniat memberi uang kecil. Setelah diedarkan ke orang berikutnya, dia kembali menaruh kantungnya di depan muka teman saya. Aneh bin ajaib ni orang, saya pikir. Kemudian dia mengarahkan kantungnya ke saya, yang kemudian saya sambut dengan kata maaf sambil memberi tangan. Then… all of the sudden, dengan sewotnya dia berkata dengan nada marah, “Iya, saya tahu mbak, orang kok ngomong kenceng banget, mana ketawanya keras pula!” en the bla bla bla cuih..

Yeeeeeeeeeee… situ sewot? Emang ada yg minta situ nyanyi?? Beside, saya dan teman saya itu, swear to God, ga ada maksud sama sekali untuk mengganggu ‘pertunjukan’ dia. Jadi kalo suara lo kalah sama suara ketawa dua cewek, salah gue??

Cih, Sampah!
**dibuat dengan emosi yang masih kebawa.. and FYI, kagak ada, yang minta situ nyanyi juga kok, WEEEEEEEK :P

Romantisme ditengah kewarasan

Seorang wanita terduduk diam diantara tumpukan-tumpukan kantung plastik, di depan rumah yang tidak berpenghuni. Pandangan matanya nanar, kosong, terbengong. Ia sama sekali tidak mengenakan riasan muka, hanya pakaian kotor seadanya yang melekat di kulit dan corengan-corengan debu yang menghias pipinya. Rambutnya dibiarkan berantakan.

Dalam jarak beberapa ratus meter kutemui seorang pria yang penampakannya tidak kalah dari sang wanita. Di tangannya, ia menggenggam sebuah pepaya yang masih hijau kulitnya. Sambil merokok dan berjalan dengan penuh percaya diri, ia berjalan menuju ke tempat wanita itu duduk terdiam.

Tak lama kemudian, sang pria menghampiri si wanita yang masih duduk dengan tatapan nanar. Ia memberikan pepaya itu, untuk kemudian dimakan bersama. Mereka berdua hanyalah sepasang orang gila.

Namun ditengah ketidakwarasan mereka, saya justru menemukan pelajaran tentang ketulusan dan kasih sayang.

Sesuatu yang tampaknya masih sulit untuk ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Hmmpph.. sambil menghela napas **mellow banget-kah? :P

April 15, 2010

Overrated


Terkadang.. sesekali.. oke, sejujurnya, seringkali, saya merasa bahwa saya sudah cukup menjadi master akan kehidupan saya sendiri dan mungkin menjadi ‘guru’ bagi beberapa teman saya yang membutuhkan sedikit saran kehidupan.

Is that what we called as narcissism? No, it’s just some sort of MY self-awareness. XP
Yet, I might, now, consider myself overrated, or at least just too fast to consider myself as good as that.

Terbukti dari satu kejadian yang menyadarkan saya bahwa asam garam memang tidak ada shortcut-nya dan… diatas langit masih ada langit.

So, the story began, I was attending a social network event, in which Reza Gunawan (find out more about him at RezaGunawan.com) was one of the guest stars in the event. People asked him about their life problems, i.e. what’s the difference between self-fulfillment and being selfish, how can someone face the problem with ease at heart while he still have some unsolved problems in his heart, how to forgive and forget, and several other fundamental questions on their (might be) complicated life. While hearing people asking, he’s answering, explaining, and helping them.

He was answering those questions in very simple, understandable and solving way. Although for some people, it might be hard, even to understand it.
Yet, I believe that if I were faced in those people’s life problem, I will have the answer, need no asking nor consulting it. Ha-ha, the narcissi phase began.

Seriously, I will have the answer for most of those life issues.

But, since I fancy him, simply fancy him; I have this urge to get his autograph – deh… abege banget yak

So then, I had my time asking him about anything, like others do. But, I don’t think I have anything to be asked to a Reza Gunawan. So, I was just saying, “Hi Reza. My name is Dita. I do not have anything to ask for you, but I want you to sign it (the book) for me and just wish me luck” :D
And you know what’s happening next?

He’d smile to me, grab the book, write something and sign on it and then return it to me, saying, “Hi Dita, I Hope you’re doing great with your life” with a simple sincere smile on his face.

Gladly grab back the book then read the words he gave me on his page, he wrote “MAKE your own LUCK

That, my friend, is when I realized that I might consider myself a bit overrated... xD

March 19, 2010

Mataram itu...


Mengakui sedikit dari kelemahan saya: I’m bad at geography subject.

Coba saja tanyakan pada saya, “di Kalimantan sebelah manakah Balikpapan itu?” Saya tidak akan tahu jawabannya. Pasti saya akan langsung merujuk pada google utk mengetahui jawabannya. Thanks God, there’s google and Wikipedia.

Saya sudah sadar akan kelemahan saya itu semenjak lulus dari SMA. Well, nobody is perfect, rite?

Maka kejadian berikut ini akan tambah mensahihkan my inability in geographical matter.

Di suatu siang saat saya sedang asiknya menonton acara wisata di televisi:
Adegan pertama: si pembawa acara sedang bersantai sambil makan buah di pinggir pantai di Lombok
Adegan kedua: si pembawa acara mengunjungi restoran, dengan area yg tertera di layar kaca: Mataram

Kontan saya melontarkan pertanyaan ke nyokap saya, “Ma, emang Mataram sama Lombok itu deket ya?”

Dan emak gue, sambil terperangah, menjawab pertanyaan anaknya yang dodol–maknanya ambigue ya, pertanyaannya yg dodol atau anaknya yang dodol bertanya– dengan tenang Nyokap menjawab, “Wong Mataram itu ada di Lombok”

Gubrak!!! Huahaha, I’m definitely bad at geography :P

February 17, 2010

Buy one and (think you) got everything you need?!

Alkisah dalam kesempatan curi-curi break time di sore hari. Saya-seperti biasa-menuju ke pantry, berharap ada makanan gratisan dari orang-orang yang ulangtaon atawa dari klien yang tiba-tiba ngasih cakes yummy, sluurrpp... xP

Kebetulan, ada dua orang yang sedang berada disana. Kita sebutlah seorang atasan bule, Mister Y dan seorang IT personnel, Mister X. And the scene goes on like this:

Mister Y menunjuk mesin pembuat kopi yang sudah rusak semenjak beberapa hari yang lalu sambil berkata kepada Mister X, “You can fixed it, right? Go fix it..” sambil tertawa.

Ikut tergelitik, dalam hati saya nyeletuk, “mentang-mentang si Y orang IT, si mister X pikir segala barang elektronik bisa dibenerin dia kali ya??”


**yah, asal jangan genteng lo bocor aja minta dibenerin juga, halah-halah...

February 12, 2010

sebuah cerita titipan

**another Sushitei-stupidity moment presented by a friend of mine, Buncit

Di suatu sore yang cerah, tersebutlah dua orang sahabat yang hedon berat -karena ngemil aja ngesotnya ke Sushitei, cih... -huahaha x))

Sore itu, Mr.X sudah mengincar Chuka Wakame – sejenis rumput laut yang disajikan ala makanan Jepang.

Sang waitress, lalu menanyakan, “Chuka Wakame-nya mau yang.. ”
Belum selesai perkataannya, Mr.X lalu memotong pertanyaan dari waitress dan segera menyambarnya dengan jawaban: “yang di piring mba.

Nah Lho?!

Fyi, Chuka Wakame disana disajikan dalam dua pilihan, yang pertama disajikan diatas sushi dan pilihan kedua disajikan diatas lobak serut..

Lantas dengan cerdasnya sang waitress menjawab, “Semuanya memang disajikan diatas piring, Kak”

huahahahaa... gubrak
saking nepsongnya ampe ga sadar kalo semua makanan tersedia disana memang dsajikan DIATAS PIRING

Sungguh, hawa nepsong yg mengalahkan logika x))

January 29, 2010

Jadi, maksud looo…


How I really cannot understand the entertainment business of Hollywood..

Bayangkan bagaimana kehidupan pribadi seseorang atau bahkan satu keluarga diinvasi oleh kepentingan hiburan. Jadi ceritanya, saya sedang suka menonton acara serial “Keeping up with the Kardashians

Yang menohok untuk saya adalah sepotong dua potong adegan yang bikin saya mau ketawa, sambil dalam hati berkata, “what an irony…

Adegan pertama:
Jadi si Bruce (sang ayah tiri) yang baru saja bertengkar hebat dengan si Khloe karena putrinya itu bertunangan tanpa memberitahukan ayahnya terlebih dahulu. Si ayah kesal karena dia baru tahu bahwa anaknya bertunangan dengan seorang pria yang baru dikenal selama satu bulan, melalui berita di televisi nasional.

Eniwhei, setelah agak tenang si ayah meminta tolong pada istrinya untuk memanggil Khloe ke dalam ruangannya untuk berbicara. Empat mata. Si ayah meminta semua orang yang ada di ruangan itu keluar, bahkan istrinya.

Yet… yang mungkin Bruce lupa, kameranya ada disitu gitu loooh… hellooooo… empat mata ditambah kamera, ya atuh ga jadi privacy lagi dong itu mah.. cape deh… :((

Itu pertama, yang kedua…

Si Kim, yang sedang berbincang dengan ibunya. Perbincangan yang terjadi as shown below:

Kim: “I’m gonna tell you something”
Mom: “is everything okay?”
Kim: “yes, I’m gonna tell you something, but promise me not to tell anyone”

jelas-jelas sebuah kamera sedang menyorot mereka berdua, ya ampyuuuun…

What an irony, because, your mom, Kim, might will not be the one to tell anyone about it, it was YOU instead, who tell everyone about it. Gyahahaha… lucu, miris

Don’t you think?
Ohya, eniwhei, I’m soooo happy about Khloe and Lemar’s wedding. Hope their marriage will last forever!!! It seems (on the camera) that Khloe were really happy finding her soulmate, amien…

Saya memang..

masih belum pandai bersyukur..

Pergi ke kantor bawa kendaraan sendiri masih bisa mengeluh: “aduh.. capek, gak bisa tidur dalem mobil.. Belom lagi macetnya, trus motor-motor di Jakarta yang selalu bisa membuat saya bersumpah serapah di pagi hari, sehingga begitu sampai kantor, jatohnya saya jadi capek dan ngantuk… Ngantuuuuuukkkk…”

Kalau naik angkutan umum, “aduh.. saya kan gak biasa bangun pagi-pagi.. masi ngantuk sudah disuruh bangun supaya naek angkutannya tidak kesiangan.. males banget.. Mana angkotnya lemot lagi - trus abangnya suka berhenti-berhenti untuk menambah muatan saat penumpangnya berkurang…” Sampai kantor, selain bĂȘte karena kelemotan tukang angkot dalam memastikan penumpangnya sampai tepat waktu, yang menjadi bukti betapa tidak suksesnya pengaturan infrastruktur di Jakarta (minimal Pamulang lah yaaa…), juga bĂȘte karena begitu sampai kantor, bawaanya gak seger, bau matahari, sedikit keringetan karena kena sinar matahari yang mani nyentreng pisan..

Halah halah… mau lo apa sih bu…??? begini capek, begitu capek. Namanya juga hidup ya booo… everything has its own cost and benefit. It’s what we called as trade-off. All you can do just live your life, regardless all of its consequences, its just life

So, saya akan berusaha, memperbaiki diri untuk lebih BERSYUKUR atas kehidupan yang saya jalani. Segala pahit-manisnya, segala tetes keringat dan air mata, karena memang hidup tidak adil, tetapi percayalah, Tuhan maha adil… :)

Ternyata!

Ada yg suka nonton Take Me Out Indonesia (TMOI)? Trus ngiler-ngiler liatin si Mister Choky Sitohang yang keren banget itu? Hohoho…

Kemarin ini, kebetulan pas saya ganti-ganti channel, muncullah si acara TMOI itu di layar kaca. Berhubung tidak ada acara lain yang lebih bagus, saya tune-in di stasiun terkait.
Pas yang muncul adalah pria terakhir yang namanya Denny (kl ga salah).
Sebelum penampakannya, ditayangkanlah VT yang berisi komentar dari sepupu peserta yang bilang kurang lebih seperti ini, “..oh ya, jangan sampe deh ya, dapet cewek yang matre itu! Namanya kalo gak salah Tha-Tha gitu deh..”

Then you know what, pada akhirnya si cowok milih aja gitu si cewek yang dinotabenekan oleh saudaranya sebagai cewek matre, alasannya? Menurut saya: Fisik banget lah.. dari tiga cewek yang tersisa, fisik yang paling oke ya si Octha itu – Oh ya, she’s a model anyway.

Ya elah.. apa SEMUA COWOK isinya mentingin fisik doank ya? Biar matre, hajar aja! Orang cantik en sexy gitu
h… Duuhhh… kalo gitu, VT yang ditayangin emang sengaja ditampilkan supaya si Octha – Octha itu merasa tertantang gitu ya, what a trick..

Esok harinya,
Saya tonton re-run-nya yang kebetulan baru dimulai, jadi masi baru peserta kedua atau ketiga yang ditampilkan. Dan datanglah… seorang pria yang namanya Ray.

Di tahap akhir, yang tersisa hanya dua orang: yang satu model, namanya Rachel; yang satu lagi, namanya Oby, pekerjaannya saya lupa, tapi yang pasti bukan model. Secara fisik, kedua cewek itu berbeda 180 derajat. Si Rachel tipikal cewek yang langsing singset gitu deh.. sedangkan si Oby, tipikal cewe yang badannya besar.

Then, seperti biasa, sang pria mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan pamungkas. Jawaban keduanya sama-sama bagus, sama-sama pintar. Tapi ya itu, beda tipe, fisik yah bok! Lantas siapakah yang dipilih?

Maka sodara-sodara, otak saya langsung flashback ke acara TMOI yang saya tonton kemarin, dimana pada akhirnya si cowok memilih cewek dengan packaging yang lebih menarik. So, pukul rata! Saya pikir si cowok akan memilih Mba Rachel.

Ternyata eh ternyata sodara-sodara… yang akhirnya dipilih oleh si mas Ray itu adalah…

Oby… Yeay..!!
Vote for guy that not just focusing on physical appearance only. We need more this kind of guy in this world, God!

Ternyata, kita (atau saya ya?!) tidak bisa pukul rata atas pria-pria yang ada didunia ini, aha!! (sambil berpose Peace V dan kedip-kedip) :P

January 08, 2010

Sungguh tidak konsisten...

Penggunaan kartu kredit maupun kartu kredit, sebagai pengganti uang tunai dalam kehidupan sehari-hari sungguh bagai pisau bermata dua..

Disaat logika menang atas hawa nepsong

Sikon: kebutuhan atas barang kebutuhan sehari-hari, or in other case of urgent expenditure disaat loe lagi cashless (misalnya bensin udah mo abis, tapi lo lupa ambil duit di ATM).. reaksi gue atas diciptakannya kartu gesek ini adalah, “duh… untung ada kartu gesek ini yah..”

Disaat hawa nepsong menang atas logika

Sikon: Eyke lagi sutris alias stress boo.. biasa lah ya, kerjaan yang gak ada benernya. Saya BUTUH refreshing. BANGET!!! So, at lunch time, saya ngesot ke mall sebrang kantor. En theeeen… langsung meluncur ke O**N*E. Udah dari dua minggu baheula saya teh ngincer barang entuh, dan taraaaa… barangnya masih ada cuiiii… en then di sebelahnya ada aja gitu barang lucu setengah mati. En theeen… ada lagi cermin besar di deket situ, ngaca dong gueee… bagus aja gitu gue pake.

Untungnya, gue kan lagi ga bawa duit, tapi emang dasar cewek ya bo. Selangkah sebelom gue masuk ke toko itu, otak dan kata hati gue yang lagi sutris mode: On itu udah kasih warning: Kalo masih dibawah xxxK, it’s okay for u to buy. DAAAAN… gue bawa kartu gesek itu (emang lagi ada satu yg standby di dompetchkyu…)
20menit kemudian setelah gue mamatut diri di depan cermin, dan gak akan puas kalo keluar toko tanpa membeliNYAHH…
Reaksi gue atas kartu gesek di siang itu adalah, “sial…”

Huhuhu… gubrak!!! tapi saya puassssssss… so, whatever lah, emang gue gak konsisten, xixixi…

Pesan dari induk semang gue, “use your card wisely, darling..”

I will, will I?