September 04, 2009
susahnya jadi customer service
Menurut saya, salah satu profesi yg cukup challenging adalah menjadi seorang customer service. Kenapa? Karena menjadi mereka, berarti sudah harus siap untuk tersenyum dan bersikap ramah, menahan amarah, walaupun sedang menghadapi omelan dari customer. (Phhiuhhh.. membayangkannya saja saya sulit..)
Misalnya saja, saat dihadapkan pada situasi yang pernah saya terlibat di dalamnya (walaupun hanya sebagai pendengar dan pihak pasif)
Kejadian waktu itu, kebetulan saya dan beberapa (banyak) orang sedang berada di dalam transJakarta, siang hari, panas pula, udah gitu, tertimpa tangga pula (quote pribahasa maksudnya) – bus yang saya naiki, bannya kempes aja gitu.. Alhasil, beberapa dari penumpang sewot dan ujung2nya jadi emosi.. Lantas salah seorang Bapak tua menelpon layanan customer service dan marah-marah:
“Sekarang saya tanya, kalau kejadiannya seperti ini, apa SOP (Standard Operating Procedure)-nya?” sambil teriak-teriak, yang menurut saya malah bikin para penumpang tambah pusing. Tampaknya jawaban si mbak di ujung telpon sana tidak memuaskan, sehingga si Bapak itu terus bertanya dan berteriak-teriak, mempertanyakan solusi yang bisa diberikan oleh si Mbak.
Padahal, menurut saya sih, ya udah lah ya.. si customer service juga toh ga bisa ngapa2in.. ga punya andil besar atas kempesnya ban si TransJakarta juga toh.. terus, apa dengan marah2in si customer service, si Bapak bisa lebih cepat sampai ke tempat tujuan? Sampai ke rumah sakit lebih cepat iya, gara2 tekanan darahnya jadi meninggi..Hehe, lebay..
Tapi ada juga yang lucu dari menjadi customer service, setidaknya menurut pengamatan saya sebagai orang luar yang hanya mengobservasi..misalnya:
Di suatu kafe di wilayah Sarinah Thamrin, sekelompok teman yang sedang asik berkumpul berniat menggunakan fasilitas internet hotspot disana, lalu bertanya pada seorang waiter, “Mas, password internet hotspot-nya berapa ya?” dalam hati, saya yang mendengarnya ingin menjawab “Sepuluh ribu satu, Mbak” huehehe..
Satu Lagi,
Seorang teman, yang kebetulan perbincangannya saya dengarkan, kebetulan saat itu dia sedang mengurus reservasi untuk buka puasa bersama. Dan dia sedang menelepon restoran Poke Sushi, setelah bertanya tentang harga nett per orang untuk reservasi, dia kemudian bertanya, “Mbak, disana makanan yang ada cuma sushi, ya?”
Eh gubrak.. kalo saya yang jadi customer service-nya sih, saya bisa saja menjawab, “Ya eyaalaaahh.. masa ya iya dong, mulan aja jamila bukan jamidong, duren aja dibelah, bukan dibedong..” et cetera et cetera hahaha... Cape dehh.. namanya juga Poke Sushi ya, Jeung.. otomatis, main menu yang ada ya sushi, walaupun ada juga udon, salad, sashimi, dsb.. tapi kan kalo orang makan kesana, ya karena mau makan sushi geto looohh..
Itulah mengapa saya sudah pasti tidak cocok menjadi customer service. Ya eyyaaalllaaahh... temen-temen gue juga udah tau, Wekekekek ;D
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
boooo.. bisa gulung tikar usaha klo lo yang jadi CS-nyaahhh.. xD
ReplyDeleteHaha..sial lu ol.. kan ga semua customer kayak tukang bajaj ;p
ReplyDelete