Yes..!! We got the visa!! Ihiiiyyyy…
Usaha, penantian, keribetan maupun ketegangan yang muncul selama proses ini terbayar sudah.
Dan visa schengen dengan foto saya (yang kebetulan bagus) itu tertempel dengan manisnya di paspor bersampul hijau kepunyaanku.
Rute penerbangan yang ditempuh adalah melalui Kuala Lumpur terlebih dahulu, ditambah delay selama hampir 1.5jam, begitu sampai di LCC Terminal, tergopoh-gopohlah saya dan Wiena untuk mengejar pesawat yang akan berangkat menuju Perancis. Perjalanan KL-Orly ditempuh dalam waktu empat belas jam, dengan menggunakan Air Asia yang memang budgeted airlines itu. Perjalanan terhitung lancar & aman, jadi tidak perlu khawatir untuk terbang bersama airlines tsb, apalagi mereka menggunakan pesawat airbus yang cukup besar. Tapi jangan dibandingkan dengan penerbangan premium macam SQ, Qantas dsb-nya ya, karena untuk makanan serta perlengkapan tidur (bantal, selimut & penutup mata) kita memang harus memesannya dengan mengeluarkan biaya tambahan.
Tiba di Orly pada pukul 9pagi dan cuaca diluar sana cukup dingin mengingat saat itu adalah pertengahan Oktober, dimana musim gugur sudah hampir usai berganti musim dingin.
Saya sendiri baru menyadari bahwa saya berada di Negara yang sama sekali asing saat kami tidak mengerti tulisan serta transportasi apa yang harus digunakan untuk mencapai distrik Paris. Mengikuti petunjuk yang ada di buku panduan wisata, kami membeli tiket OrlyVal yang semacam kereta listrik mini untuk menuju ke stasiun metro. Sambil membuka-buka peta, kami mencoba menebak rute selanjutnya, dimana kami harus turun, lalu naik metro yang mana, dsb. Hingga saat dimana tampaknya semua orang berdiri dan turun dari OrlyVal tsb. Masih pede jika kami masih akan turun di beberapa pemberhentian berikutnya, kami masih dengan santai melihat peta perjalanan, hingga seorang pria menanyakan pada kami, dalam bahasa Inggris, apakah kami akan menuju Paris, lalu menyuruh kami untuk segera mengikutinya dan turun. Dengan tergopoh saya menggeret bagasi seberat 15kg dan backpack 5kg serta tas tangan yang ternyata bikin rempong, untungnya orang itu sabar menunggu.
Namanya Jeremy, he’s a fellow traveler, kebangsaan Perancis yang sangat baik hingga mau menolong kami menunjukan arah yang harus kami ambil, dalam bahasa Inggris. At that time, He’s our angel : ) Jika saja dia tidak memberitahu kami untuk turun, saya rasa kami akan ikut berputar kembali ke tempat awal.
Usaha, penantian, keribetan maupun ketegangan yang muncul selama proses ini terbayar sudah.
Dan visa schengen dengan foto saya (yang kebetulan bagus) itu tertempel dengan manisnya di paspor bersampul hijau kepunyaanku.
Rute penerbangan yang ditempuh adalah melalui Kuala Lumpur terlebih dahulu, ditambah delay selama hampir 1.5jam, begitu sampai di LCC Terminal, tergopoh-gopohlah saya dan Wiena untuk mengejar pesawat yang akan berangkat menuju Perancis. Perjalanan KL-Orly ditempuh dalam waktu empat belas jam, dengan menggunakan Air Asia yang memang budgeted airlines itu. Perjalanan terhitung lancar & aman, jadi tidak perlu khawatir untuk terbang bersama airlines tsb, apalagi mereka menggunakan pesawat airbus yang cukup besar. Tapi jangan dibandingkan dengan penerbangan premium macam SQ, Qantas dsb-nya ya, karena untuk makanan serta perlengkapan tidur (bantal, selimut & penutup mata) kita memang harus memesannya dengan mengeluarkan biaya tambahan.
Tiba di Orly pada pukul 9pagi dan cuaca diluar sana cukup dingin mengingat saat itu adalah pertengahan Oktober, dimana musim gugur sudah hampir usai berganti musim dingin.
Saya sendiri baru menyadari bahwa saya berada di Negara yang sama sekali asing saat kami tidak mengerti tulisan serta transportasi apa yang harus digunakan untuk mencapai distrik Paris. Mengikuti petunjuk yang ada di buku panduan wisata, kami membeli tiket OrlyVal yang semacam kereta listrik mini untuk menuju ke stasiun metro. Sambil membuka-buka peta, kami mencoba menebak rute selanjutnya, dimana kami harus turun, lalu naik metro yang mana, dsb. Hingga saat dimana tampaknya semua orang berdiri dan turun dari OrlyVal tsb. Masih pede jika kami masih akan turun di beberapa pemberhentian berikutnya, kami masih dengan santai melihat peta perjalanan, hingga seorang pria menanyakan pada kami, dalam bahasa Inggris, apakah kami akan menuju Paris, lalu menyuruh kami untuk segera mengikutinya dan turun. Dengan tergopoh saya menggeret bagasi seberat 15kg dan backpack 5kg serta tas tangan yang ternyata bikin rempong, untungnya orang itu sabar menunggu.
Namanya Jeremy, he’s a fellow traveler, kebangsaan Perancis yang sangat baik hingga mau menolong kami menunjukan arah yang harus kami ambil, dalam bahasa Inggris. At that time, He’s our angel : ) Jika saja dia tidak memberitahu kami untuk turun, saya rasa kami akan ikut berputar kembali ke tempat awal.
Jadi, dari Orly, kita harus turun di pemberhentian terakhir (Anthony, if I weren’t mistaken) dan naik RER ke stasiun Metro yang akan membawa kami ke arah hotel. Ia memberitahu di stasiun mana kami harus turun, sayangnya ia turun terlebih dahulu, sehingga setelah stasiun yang diberitahukannya, we’re on our own…
(still continuing...)
(still continuing...)
No comments:
Post a Comment